Regulasi dan Tanggung Jawab K3 2025: Apa yang Perlu Diketahui Pengusaha & Pekerja
Latar Belakang: K3 di Era Regulasi Baru
Memasuki tahun 2025, perhatian terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) semakin meningkat. Pemerintah Indonesia terus memperketat regulasi di berbagai sektor, termasuk sektor industri kecil dan menengah (UMKM). Tujuannya jelas: menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif.
Kini, area tanggung jawab pengusaha semakin luas — tidak hanya memastikan pekerja memakai alat pelindung diri, tetapi juga mencakup pengawasan, pelaporan insiden, digitalisasi data K3, hingga penerapan budaya keselamatan di tempat kerja. Bahkan usaha kecil seperti bisnis handmade pun diharapkan ikut menerapkan prinsip-prinsip dasar K3.
Namun di lapangan, banyak pengusaha kecil yang masih beranggapan bahwa K3 hanya berlaku bagi perusahaan besar atau pabrik. Padahal, setiap kegiatan kerja — sekecil apapun — memiliki risiko yang harus diidentifikasi dan dikelola.
Konteks Lokal: Tanggung Jawab K3 untuk Pengusaha Kecil
Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, serta peraturan turunannya dari Kementerian Ketenagakerjaan, menegaskan bahwa semua pengusaha wajib menjaga keselamatan tenaga kerja di tempat kerjanya.
Artinya, meskipun kamu hanya memiliki beberapa karyawan di usaha handmade, kamu tetap bertanggung jawab terhadap keselamatan mereka.
Beberapa tanggung jawab dasar pengusaha antara lain:
- Melakukan identifikasi dan penilaian risiko kerja.
Misalnya, risiko dari penggunaan lem, gunting tajam, jarum, alat pemanas, atau bahan kimia untuk pernis dan cat. - Menyediakan alat pelindung diri (APD).
Seperti sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung saat bekerja dengan bahan yang berpotensi berbahaya. - Memberikan pelatihan K3 sederhana.
Meskipun tidak wajib memiliki sertifikasi, penting bagi pengusaha untuk mengenalkan pekerja tentang prosedur keselamatan kerja, cara menghindari cedera, serta langkah pertama jika terjadi kecelakaan kecil. - Melakukan pencatatan dan pelaporan kejadian.
Termasuk “near miss” atau kejadian hampir celaka, yang sering diabaikan padahal menjadi indikator penting untuk mencegah insiden di masa depan. - Membuat kebijakan internal sederhana.
Misalnya aturan penggunaan alat tajam, prosedur penyimpanan bahan, jam istirahat, dan batas waktu kerja agar tidak terjadi kelelahan berlebihan.
Digitalisasi dan Pelaporan K3 di Tahun 2025
Salah satu perubahan besar di tahun 2025 adalah dorongan menuju digitalisasi pelaporan K3. Pemerintah melalui sistem seperti SI-K3 (Sistem Informasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja) mendorong perusahaan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan secara online.
Untuk usaha kecil, hal ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, misalnya menggunakan Google Form, Excel, atau aplikasi catatan harian untuk mendokumentasikan:
- Tanggal dan waktu kegiatan kerja
- Jenis pekerjaan yang dilakukan
- Potensi bahaya yang muncul
- Kejadian tidak diinginkan atau hampir celaka
- Upaya perbaikan atau tindakan pencegahan
Langkah kecil ini dapat menjadi bukti bahwa pengusaha memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap K3.
Tips Praktis: Penerapan K3 untuk Usaha Handmade
Sebagai pelaku bisnis handmade, kamu mungkin berpikir bahwa pekerjaanmu tidak berisiko tinggi. Tapi kenyataannya, risiko kecil bisa muncul dari hal-hal sederhana. Berikut beberapa langkah penilaian risiko sederhana dan penerapan K3 yang bisa kamu lakukan:
- Lakukan penilaian risiko rutin.
Catat potensi bahaya dari setiap proses kerja, mulai dari pemotongan bahan, pengeleman, hingga pengemasan. - Gunakan area kerja yang bersih dan terang.
Pastikan meja kerja bebas dari bahan mudah terbakar, dan sirkulasi udara cukup untuk menghindari paparan bau lem atau cat. - Catat kejadian hampir celaka.
Misalnya tangan hampir terkena cutter, lem tumpah ke kulit, atau kabel listrik terkelupas. Catatan ini berguna untuk mencegah insiden serupa. - Adakan pelatihan internal sederhana.
Kamu bisa membuat sesi singkat 10–15 menit untuk membahas “cara kerja aman” setiap minggu, apalagi jika ada pekerja baru. - Buat kebijakan internal keselamatan.
Misalnya:- Wajib memakai sarung tangan saat memotong bahan.
- Tidak bekerja sambil tergesa-gesa.
- Segera bersihkan area kerja setelah selesai.
- Gunakan teknologi untuk pencatatan.
Catat stok bahan kimia, jam kerja, atau laporan kecil terkait keselamatan di spreadsheet atau aplikasi gratis seperti Notion, Google Sheet, atau Trello.
Relevansi untuk Kamu: Dari Pengrajin hingga Pengajar
Sebagai pengusaha handmade sekaligus pengajar, kamu punya posisi unik untuk menjadi contoh penerapan K3 yang bijak dan inspiratif.
Dalam bisnis handmade, keselamatan bisa dimulai dari hal kecil seperti:
- Menyediakan tempat penyimpanan bahan yang aman dari anak-anak.
- Menghindari penggunaan lem beracun tanpa ventilasi cukup.
- Memberi label pada setiap bahan dan alat.
- Menjaga postur tubuh saat bekerja agar tidak cepat lelah atau sakit punggung.
Sementara dalam dunia pendidikan, kamu bisa mengajarkan nilai penting K3 kepada mahasiswa atau peserta pelatihan, khususnya dalam konteks wirausaha dan produksi. Misalnya dengan mengadakan sesi tentang “keselamatan dalam produksi handmade” atau “cara menciptakan tempat kerja yang nyaman dan aman”.
Dengan begitu, kamu tidak hanya menciptakan produk yang indah, tetapi juga membangun budaya kerja yang aman, sehat, dan berkelanjutan — nilai penting bagi pengusaha modern di tahun 2025.
Kesimpulan
Regulasi dan tanggung jawab K3 di tahun 2025 bukan sekadar aturan baru, melainkan bagian dari transformasi budaya kerja di Indonesia.
Baik pengusaha besar maupun kecil perlu lebih sadar, tertib, dan aktif dalam menciptakan tempat kerja yang aman.
Untuk pelaku bisnis handmade, langkah sederhana seperti penilaian risiko, pencatatan kejadian, dan pelatihan internal ringan sudah cukup menjadi awal yang baik.
Karena pada akhirnya, keselamatan bukan hanya kewajiban hukum, tapi juga bentuk tanggung jawab moral terhadap diri sendiri dan orang lain di tempat kerja.
